Selasa, 23 Agustus 2011

"BORDERLINE PERSONALITY DISORDER”


1. Pengertian “Borderline Personality Disorder”

Borderline Personality merupakan gangguan psikologis yang terjadi diakibatkan
ketidaklabilan suasana hati si penderita di ikuti dengan serangan depresi, kecemasan,
atau kemarahan yang sangat frekuen dan kadang-kadang tidak masuk akal. Lebih
detailnya Gangguan kepribadian borderline merupakan gangguan kepribadian dalam
menjalin hubungan dengan orang lain, mengenal perasaan-perasaan sendiri, dan
kegagalan dalam mengontrol emosi dan perilaku yang disebabkannya. Masalah yang
paling menonjol pada penderita gangguan kepribadian ini adalah adanya dorongan
impuls bunuh diri atau perilaku-perilaku untuk mencelakakan diri sendiri.
Bentuk seperti ketidakstabilan mood, cara berpikir yang kurang jelas, ketidakstabilan
dalam mempertahankan hubungan interpersonal, gambaran diri, emosi dan perilaku
merupakan gangguan nyata pada gangguan keperibadian ini. Akibat yang paling besar
dari bentuk perilaku ini adalah dampaknya pada lingkungan sosial si penderita.
Gangguan kepribadian ini disebut sebagai gangguan kepribadian ambang(Borederline)
dikarenakan berada diantara perbatasan antara gangguan neourotik dan schizofrenia.
Gangguan ini biasa terjadi pada masa dewasa awal atau remaja dan kebanyakan terjadi
pada wanita.


2. Teori yang Menjelaskan “Borderline Personality Disorder”

Teori yang mampu menjelaskan tumbuhnya gangguan kepribadian Borderline
ini adalah Teori Psikoanalisa. Menurut pandangan psikoanalisa penderita gangguan
ini dikarenakan kurangnya kondisi relasi yang tercipta di masa kecilnya dengan
pengasuhnya. Tindakan pengasuh yang membuat penderita tergantung pada masa
awal dan kemudian pada saat mulai lepas dari pengasuh mengakibatkan si penderita
kurang mampu mempelajari pandangannya terhadap pengasuh dan orang lain.
Akibatnya si penderita kurang berkembang dalam memahami dirinya dan orang lain.
Proses Perkembangan yang salah inilah yang menurut para psikoanalisis
berpendapat bahwa gejala gangguan kepribadian borderline ini. Penderita yang
terhambat perkembangan terhadap pandangannya terhadap dirinya dan orang lain ini
menjadi tidak mampu dan ragu-ragu dalam mempersepsikan dirinya dan orang lain.
Dia bisa berpendapat semua yang ada pada dirnya salah atau benar, dan bahkan ragu
akan pandangannya tersebut.

3. Penyebab-Penyebab Timbulnya Gangguan “Borderline Pesonality Disorder”

Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa teori psikoanalisa dalam
menjelaskan terjadinya gangguan kepribadian Borderline ini, sebagai akibat dari yang
di alami si penderita dalam kehidupannya di masa lalu. Untuk lebih jelas sebagai
berikut :
1) Kekerasan pada masa kanak-kanak, penolakan dan terpisah dengan orangtua
kandung
Banyak studi menunjukkan bahwa hubungan kekerasan pada anak, terutama
pelecehan dan kekerasan seksual akan menumbuhkan perkembangan kepribadian
anak di kemudian hari menjadi BPD. Penderita gangguan kepribadian borderline
mengalami kekerasan verbal, emosi, fisik dan seksual pada masa perkembangan
kanak-kanaknya. Pada anak-anak perempuan yang yang terpisah dari orangtua
kandung dan dipungut oleh orangtua asuh mempunyai resiko mengalami
kekerasan dan pelecehan seksual lebih besar dibandingkan anak laki, akan tetapi
antara keduanya memiliki potensi kekerasan lainnya. Keduanya mempunyai
hubungan keterdekatan kemunculan gangguan kepribadian pada fase
perkembangan selanjutnya.
2) Faktor Kegagalan Tugas Dalam Perkembangan
Faktor lain kemunculan gangguan kepribadian borderline tidak hanya disebabkan
oleh gangguan spektrum dari trauma saja, penelitian Kernberg menyebutkan
bahwa kemunculan BPD disebabkan oleh kegagalan tugas-tugas perkembangan
pada masa kanak-kanak. Kegagalan tersebut berupa kegagalan anak dalam
mengenal dan membedakan diri anak dengan orang lain yang selanjutnya
berkembang bentuk-bentuk psikosis pada anak.
Pendidikan orangtua di rumah juga ikut mempengaruhi terbentuknya BPD, seperti
interaksi negatif antara orangtua-anak, kurangnya empati, dan lebih besar kritikan
yang ditujukkan pada anak diabndingkan penghargaan.
3) Faktor genetik
Beberapa literatur menyebutkan bahwa perlakuan-perlakuan yang berhubungan
dengan BPD akan mempengaruhi pada gen yang nantinya akan mempengaruhi
pada kepribadian anak, akan tetapi faktor genetik ini masih diteliti lebih lanjut.
Pengaruh serotonin berhubungan dengan genetik diduga juga ikut berpengaruh
4) Ketidakseimbangan neurotransmiter
Ketidakseimbangan neurotransmiter seperti serotonin, norepinephrine dan
acetylcholine (berpengaruh pada jenis emosi dan mood); GABA, (stabilisator
perubahan mood), fungsi amygdala; ikut mempengaruhi perilaku-perilaku
penderita BPD dalam merespon stressor yang muncul. Perilaku impulsif dan
agresivitas disebabkan oleh ketidakseimbangan serotonin dan bagian wilayah
prefrontal kortek.

4. Penanganan atau Terapi Terhadap “Borderline Personality Disorder”

èDialectical behavioral therapy
Pertama sekali diperkenalkan oleh Marsha Linehan pada tahun 1990an untuk
intervensi pada pasien yang berkeinginan untuk bunuh diri, dialectical
behavioral therapy (DBT) pada perawatan BPD merupakan terapi yang
berlandaskan pada teori biososial yakni menekankan fungsi-fungsi pribadi
dalam mengatur emosi yang sesuai dengan pengalaman lingkungan.
DBT berasal dari pelbagai bentuk terapi dari congnitive-behavioral akan tetapi
pada DBT menekankan pada saling memberi dan negosiasi antara terapis dan
klien; antara rasional dan emosional, penerimaan dan berubah. Target yang
ingin dicapai adalah penyesuaian antara pelbagai permasalahan yang sedang
dihadapi klien dengan pengambilan keputusan secara tepat. Hal-hal lain yang
didapatkan klien dalam terapi ini adalah; pemusatan konsentrasi, hubungan
interpersonal (seperti keinginan asertif dan ketrampilan sosial), menghadapi
dan adaptasi terhadap distress, identifikasi dan mengatur reaksi emosi secara
tepat
èSchema therapy
Schema therapy merupakan pendekatan didasarkan pada perilaku-kognitif dan
gestalt. Fokus terapi ini pada aspek emosi, kepribadian dan bagaimana
individu bereaksi dengan lingkungan. Dalam treatment ini menitikberatkan
pada hubungan antara terapis dan klien (pendampingan; reparenting),
kehidupan sehari-hari klien diluar terapi, dan pengalaman trauma masa kecil.
èCognitive behavioral therapy
Cognitive behavioral therapy (CBT) adalah jenis terapi yang sangat luas
penggunaannya untuk treatment gangguan mental, namun dalam
penyembuhan gangguan BPD terapi ini dianggap kurang efektif. Kesulitan
ditemui ketika pengembangan hubungan interpersonal bersamaan dengan
treatment yang diberikan, oleh karenanya CBT juga mengadopsi schema
therapy.
èFamily therapy
Terapi keluarga sangat membantu untuk mengurangi konflik dan stres yang
dapat memperburuk kondisi mental individu dengan BPD. Terapi keluarga
melatih anggota keluarga menghargai individu BPD, meningkatkan
komunikasi dan penyelesaian masalah secara bersama-sama dan saling
mendukung antar pasangannya.
èTransference-focused psychotherapy
Transference-focused psychotherapy (TFP) merupakan bentuk dari terapi
psikoanalisa yang dikembangkan oleh Otto Kernberg. Tidak seperti
psikoanalisa yang dianggap sudah ketinggalan jaman, terapis dalam TFP
berperan aktif secara bersama-sama denga klien dalam setiap sesi treatment.
Terapis berusaha menggali dan mengklarifikasi aspek-aspek dalam
persahabatan yang sesuai dengan kebutuhan klien.
èMentalization based treatment
Terapi Mentalization based treatment (MBT) merupakan bentuk regulasi
kembali mental yang dianggap telah terganggu setelah mengalami pelbagai
permasalahan di masa kanak-kanak. Fokus dalam terapi ini adalah
mengembangkan diri pasien secara mandiri untuk mengatur cara berpikir
berdasarkan teori-teori psikodinamika. Dalam terapi ini diusahakan pasien
tidak menghabiskan waktunya begitu lama di rumah sakit, pengurangan
pemakaian obat medis, dan menghilangkan hasrat-hasrat negatif seperti
keinginan untuk bunuh diri.

5 komentar:

  1. baguss...
    saya suka akan bahasan ini..
    sekaligus renungan diri

    BalasHapus
  2. terimakasih postingannya ya gan. sangat bermanfaat bagi saya untuk merampungkan makalah abnormal :)

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Tx Bro,..sy belajar, jadi orangtua , utk memahami prilaku anak,...ternyata banyak hal yg keliru dalam mendidik , sering marah sama anak, sering merusak mainan anak , hanya krn anak tidak menurut yg diperintahkan,...waktu tdk bs kembali,..tp sisa waktu bisa memperbaiki.

    BalasHapus
  5. apa referensi a??? ksh tw dong

    BalasHapus